Siapa saja
Di suatu sore aku menuju pantai dengan menunggang kuda Sambil menelusuri bibir pantai, aku menyaksikan para pelaut sedang mempersiapkan alat-alat melautnya: jala, tali, strongke, dan beberapa barang bawaan lainnya. Nampaknya langit sedang bersahabat Para pelaut itu begitu antusias Seolah seperti seekor rusa yang berlari dan menambah kecepatannya agar tetap hidup Disitu Pantai itu Yang tak berarti tanpa laut Yang meneduhkan, juga merisaukan Aku menyukainya sekaligus membencinya Karna ia menjadi tempat berlalu lalangnya dua nasib Ketika ombak menggapainya, maka terseretlah apa-apa yang ada Dan hanya menyisakkan hamparan pasir yang datar Tempat aku meletakkan ujung tongkat itu dan menuliskan angka 19 di atasnya Bertemankan angin dan garis lengkung yang mulai memerah Aku menepis segala kehampaan yang mulai menyesak di dada Tuhan pasti tau mengapanya Dengan satu hentakan Ku pacu kudaku meninggalkan bibir pantai Dan kembali pada keheningan malam Tentang hiruk pikuk kehidu