.

Aku seperti tenggelam pada kesedihan lama. 
Yang diam-diam tetap ku teguk meski ku tahu, asin. 

Dan kamu adalah perih yang sengaja ku siasati terus menerus. Meski kesadaranku berkata tidak mungkin. 

Untuk apa semua kegilaan ini, yang dalam kesendirian kurayakan kebodohannya sambil tertawa meringis.

Hari sudah semakin tua. 
Aku berjalan ke arah timur mengikuti awan sirus.

Kisah ini milik semesta, kataku.
Karena itu ku kirimkan ia pada mentari di bulan februari. 
Biarkan ia menguap bersama terik dan turun menghidupkan bumi sambil memuji Tuhannya.


Hasbiyallah hasbiyallah. .

01 februari 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merayakan

Aku Mau Jadi Pejalan yang Menemukan Tuhan-Nya

Alangkah Mirisnya Negeriku