Postingan

Merayakan

Semua orang sedang meninggalkanku Mereka membangun tembok tinggi dan menyiapkan pesta perpisahan yang mewah dan panjang Sambil sesekali menenangkan tubuh yang menggigil ketakutan.  Seperti seorang bayi yatim piatu  Berpikir tentang harmonisnya sebuah keluarga adalah kemustahilan yang hakiki Apa yang kulakukan hanyalah memeluk guling seorang diri di pojokan kamar yang dingin dan lembab Sambil meratapi kebodohan diri sendiri.  Penerimaan dan penkhianatan adalah teman sejiwa yang lama terabaikan Ingin kupinjam jubah putih yang kau kenakan di jum'at siang sewaktu mendengarkan khutbah seorang khotib sambil menikmati tidur ternikmatmu. Akan kupakai diupacara kematianmu kelak agar bisa kurayakan perpisahan yang semestinya. Kukirimkan doa-doa terbaikku untukmu bersama mimpi-mimpi kosong yang kau obral di pagi hingga petang hari.  Dan aku adalah si kepala batu yang dengan senang hati menikmati bualan-bualan itu.  Selamat tinggal  Si brengsek yang hilang arah

.

Aku seperti tenggelam pada kesedihan lama.  Yang diam-diam tetap ku teguk meski ku tahu, asin.  Dan kamu adalah perih yang sengaja ku siasati terus menerus. Meski kesadaranku berkata tidak mungkin.  Untuk apa semua kegilaan ini, yang dalam kesendirian kurayakan kebodohannya sambil tertawa meringis. Hari sudah semakin tua.  Aku berjalan ke arah timur mengikuti awan sirus. Kisah ini milik semesta, kataku. Karena itu ku kirimkan ia pada mentari di bulan februari.  Biarkan ia menguap bersama terik dan turun menghidupkan bumi sambil memuji Tuhannya. Hasbiyallah hasbiyallah. . 01 februari 2020

Aku Mau Jadi Pejalan yang Menemukan Tuhan-Nya

Aku jatuh cinta dengan gunung, meski tak sering mendaki. Bagaimana bisa? Menjiwai dan mengalaminya beda, bukan? Seseorang yang mengalami tidak selalu menjiwai. Tapi mereka yang sekali mengalami dan menemukan hakikatnya akan memiliki. Aku teringat dengan Soe. Demonstran sejati tahun enam puluhan yang berhasil menurunkan Soekarno dari tahtanya. Yang hidupnya diwakafkan di jalan-jalan sambil mengkritik kehidupan para politisi yang sampah. Seorang anak muda yang menginspirasiku untuk selalu kembali mengingat gunung. Ia memahami gunung sebagai hamparan kasih sayang Tuhan bagi mereka yang muak dengan kehidupan. Pandangan seseorang tentang gunung tentulah berbeda-beda. Ada yang sekedar ingin menaklukkannya karena keindahannya. Ada yang menjadikan perjalanan menujunya sebagai cara untuk menemukan batas diri. Dan aku selalu meyakini bahwa semakin jauh dan tinggi tempat seseorang buang penat berbanding lurus dengan tingkat stresnya. Aku seperti halnya Soe memilih gunung sebagai tempat untuk m

Happy Birthday

Aku dilahirkan di tengah-tengah demonstrasi. Sebelum kata reformasi diteriakkan. Aku dilahirkan saat banyak lidah dipotong dan diburu ditengah perdebatan layaknya penjahat. Begitulah aku dilahirkan Ditengah kesulitan kata mengeja arti bebas yang sejati. Di malam refleksi ini.. Aku mencoba berdamai ditengah perjuangan yang teramat pahit. Menepi ditemani moncong para penguasa yang asyik memadamkan api-api kepercayaan. Membayangkan perihnya pertikaian antara rakyat dengan rakyat. Aku menyaksikannya ulah-ulah itu. Dan aku mencoba merayakannya dengan dada yang kembang kempis. Haruskah aku menunggunya utuh kembali ? Wahai para penguasa ! #ditengah-tengah demonstrasi

Surat Anak untuk Ayahnya

Bismillahirrohmanirrohim Yaa Abaty... Siapa sangka usiaku kini tak bisa dibilang remaja lagi. Siapa sangka kalau pilihan-pilihan yang kuambil mengantarku menjadi seperti sekarang ini. Yaa Abaty... Aku tak sepenuhnya mengerti apa yang dipikirkan oleh seorang Ayah saat akan menikahkan putrinya. Ayah dengan segala kekhawatirannya, kalau-kalau anaknya menjadi jauh tidak bahagia setelah menikah. Aku juga tak tahu kau tipe Ayah yang seperti apa dan akan mengikhlaskan anakmu pada laki-laki yang seperti apa. Yang aku khawatirkan adalah kalau kau mengikhlaskan aku pada laki-laki yang punya jaminan dunia tapi tak punya jaminan akhirat. Yaa Abaty... Mungkin dimatamu aku masih putrimu yang keras kepala dan tidsk dewasa. Mungkin juga belum sepatutnya menikah. Mengingat beratnya tanggung jawab yang dipikul setelahnya. Yaa Abaty... Aku tak sepenuhnya takut dan berani seperti yang kau pikirkan. Pengalaman-pengalamanku menyaksikan rumah tangga orang lain yang hancur dan sempurna juga potret

A Jump Of Idea

Saya mimpi tentang sebuah dunia, di mana ulama-buruh dan pemuda, bangkit dan berkata--stop semua kemunafikan, stop semua pembunuhan atas nama apa pun. Dan para politisi di PBB, sibuk mengatur pengangkutan gandum, susu, dan beras buat anak-anak yang lapar di tiga benua, dan lupa akan diplomasi. Tak ada lagi rasa benci pada siapa pun, agama apa pun, ras apa pun, dan bangsa apa pun, dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik. Tuhan—saya mimpi tentang dunia tadi. Yang tak pernah akan datang. _Soe Hok Gie_ Akhir-akhir ini aku terus berpikir tentang kehidupan yang tak satu makhluk pun mengerti sudah sejauh mana lompatan perubahannya selain Tuhan yang maha ‘alim. Manusia baru jebolan gadget ini sudah muak dengan konflik  suku, ras, maupun  agama, apalagi soal kemanusiaan. Mereka telah banyak belajar sekaligus mendendam dan tak lagi menjadikan perbedaan sebagai potensi lahirnya konflik. Yang menjadi persoalan mendasar sekarang adalah so

Alangkah Mirisnya Negeriku

“Dan hendaklah ada segolongan umat diantara kalian yang menyeru kepada yang ma’ruf dan melarang kepada yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali- Imran: 104)" Kaum pelajar merupakan entitas sosial yang sangat potensial untuk menciptakan rekayasa budaya. Eksistensi mereka di tengah-tengah masyarakat sangat diistimewakan. Untuk itu kita selalu menempatkan kaum pelajar sebagai ujung tombak pembangunan suatu bangsa. Dengan menitik-beratkan perubahan pada kaum pelajar, maka aspek yang menjadi fokusan adalah dunia pendidikan. Pendidikan merupakan aspek fundamental dalam masyarakat, terutama dalam mencokol kebudayaan. Kebudayaan adalah buah dari pendidikan. Untuk itu agar dapat menciptakan kebudayaan sesuai dengan yang dicita-citakan tak elok jika harus menempatkan pendidikan sebagai kebutuhan kelas ketiga setelah ekonomi dan perang kepentingan (politik). Pendidikan menurut Syaikh Naquib Al-Attas adalah “usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk peng