180 menit Bersama Kalian
Senja dan sebuah pengembaraan
Telah membuangku di antara reruntuhan dan puing-puing masa lalu
Prasasti, relief, dan arca berbicara atas nama kekuasaan, seni, dan budaya
Yang nyata dan imajiner
Aku meniti lorong - lorong sepi yang sunyi
Hanya gema dari denyut nadi semesta yang bisa kudengar seolah mendendangkan kisah-kisah kebiadaban dan keluhuran suatu masa
Mereka yang selalu mencintai kesucian dan ketinggian namun tak pernah menjadi luhur
Sejak dulu kini dan nanti
Dari tiap-tiap lorong waktu yang ku telusuri
Yang terungkap hanyalah penyesalan semesta
Entah, entahlah...
Intiku yang gulana ataukah puing-puing itu yang menangisi dirinya sendiri
Bicaralah
Bicaralah atas nama kemanusiaan
Bukankah aku kamu dan semesta adalah karya Tuhan yang satu?
Siluet dan kehangatan tegur sapa
Telah membawa kita pada sebuah ketakjuban
Di manapun selalu ada yang tertinggal dan meninggalkan
Semoga aku, kamu, dan kamu sama-sama meninggalkan sapa
Bukan penyesalan seperti wajah puing-puing itu
Yogyakarta, 30 april 2018
Komentar
Posting Komentar